Romansa Cinta Pak Harto dan Ibu Tien

Artikel Islam Terbaru - Pak Harto dan Ibu Tien, pasangan legendaris di negeri kita tercinta, Indonesia.
Nama lengkap mereka adalah (Presiden) Soeharto dan Siti Hartinah.


Pasangan ini memiliki kisah cinta yang sedikit berbeda dibandingkan dengan pasangan presiden-presiden lain Indonesia.

Ya, kisah cinta keduanya berawal dari sebuah perjodohan.

Ide Perjodohan
Saat itu Pak Harto yang berusia 26 tahun sedang bertugas di Jakarta.
Pak Harto didatangi oleh paman dan bibinya yang sekaligus juga orangtua angkatnya.

Hari itu paman Pak Harto tiba-tiba bertanya perihal pernikahan.

Pak Harto tidak menanggapi serius pertanyaan tersebut, namun sang bibi terus mendesak.

Akhirnya bibi Pak Harto pun mencetuskan ide tentang perjodohan.

Pilihan sang bibi pun jatuh pada Siti Hartinah, atau biasa disebut Ibu Tien.

Awalnya Pak Harto merasa ragu dengan perjodohan tersebut.

Pak Harto tidak yakin Ibu Tien mau menjadi istrinya.

Alasannya, Ibu Tien putri seorang bangsawan Jawa, sedangkan Pak Harto hanyalah anak seorang petani.

Tanpa disangka keluarga KPH Soemarjomo, orangtua Ibu Tien, menerima ide perjodohan tersebut.

Kedua keluarga itu sepakat untuk menggelar upacara ‘nontoni’, atau mempertemukan antara calon pengantin pria dengan calon pengantin wanita. 

Upacara nontoni itu berlangsung baik.

Tanggal pernikahan pun langsung diputuskan.

Tepat pada tanggal 26 Desember 1947, di Solo, Jateng, pasangan Pak Harto dan Ibu Tien terikat dalam janji suci sebuah pernikahan.

Seusai melangsungkan pernikahan, Pak Harto memboyong Ibu Tien ke Yogyakarta, tempatnya ditugaskan sebagai tentara.

Ibu Tien merupakan sosok istri yang sempurna untuk Pak Harto.

Dia setia menemani Pak Harto dalam menjalankan tugas kenegaraannya.
Ibu Tien juga terkenal jago memasak.

Masakan hasil tangan Ibu Tien itulah yang berhasil mengunci selera makan Pak Harto.

Ketika telah menjadi Presiden, meskipun Pak Harto sering mengikuti jamuan makan kenegaraan dengan berbagai hidangan lezat, namun lidahnya hanya terpikat pada masakan buatan istri.

Dari sekian banyak masakan yang dibuat oleh Ibu Tien, Pak Harto memiliki menu favorit.

“Tetapi hidangan yang paling saya sukai adalah tetap lodeh buatan istri saya sendiri, atau ikan bakar, atau goreng belut yang membawa kenangan di masa kanak-kanak,”ucap Pak Harto dikutip dari otobiografi ‘Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya’ halaman 234.

Selain sayur lodeh, menu lain yang menjadi favorit Pak Harto adalah sambel teri dan kering tempe.
Bahkan kedua menu ini yang selalu dibawa sebagai bekal Pak Harto ketika sedang blusukan ke berbagai penjuru negeri.

Berdasarkan cerita Try Sutrisno, ajudan Pak Harto, dikutip dari buku ‘Pak Harto The Untold Stories’ terbitan Gramedia Pustaka Utama, diketahui bahwa sambil berbekal sambal teri dan kering tempe Ibu Tien, Pak Harto blusukan keliling Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah serta kawasan lain.

“Untuk urusan logistiknya, selain membawa beras dari Jakarta, Ibu Tien membekali dengan sambal teri dan kering tempe,” kata Try Sutrisno.

Cerita tentang menu favorit ini membuktikan betapa besar arti seorang Ibu Tien untuk Pak Harto.
Pepatah yang mengatakan bahwa ‘di balik pria yang hebat selalu ada wanita yang hebat’ terbukti benar dalam kisah cinta Pak Harto dan Ibu Tien.

Ibu Tien dan Kecemburuannya
Ada hal unik lain yang menjadi cerita menarik tentang Ibu Tien sebagai istri Presiden Soeharto.
Ibu Tien ternyata adalah seorang wanita yang pencemburu.

Hal ini pernah disaksikan langsung oleh ajudan Pak Harto yang bernama Eddie Marjuki Nalapraya.
Eddie mengatakan pernah mendapat pesan-pesan khusus dari Ibu Tien ketika dirinya harus menemani Pak Harto memancing.

Saat itu Pak Harto sudah bersiap untuk berangkat memancing.

Dia bersama seorang ajudan lain bertugas untuk menemani mantan presiden legendaris tersebut.
Tiba-tiba Ibu Tien datang tergopoh-gopoh dan mengetuk kaca mobil.
Melihat hal itu, Eddie langsung membuka kaca mobil.

“‘Jangan memancing ikan yang rambutnya panjang, ya’ begitulah pesan Ibu Tien kepada saya dengan tersenyum jenaka,” kata Eddie dalam buku ‘Pak Harto: The Untold Stories’ halaman 484.


Sumber: Tribunnews.com

Baca Juga Artikel Terkait

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment